Gambar Citra Satelit Lokasi Center of Excellence Pengelolaan Lahan Rawa di (Kiri-Kanan) Desa Belanti Siam dan Kecamatan Tamban Catur
Pencanangan National Food Estate (NFE) atau lumbung pangan nasional merupakan pencegahan terjadinya krisis pangan yang telah diprediksi oleh Food and Agriculture Organization (FAO) sebagai efek pandemik Covid-19.
Sebagai bagian awal pada tahun 2020, direncanakan akan dilaksanakan optimalisasi lahan pertanian seluas 30 ribu hektare di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas. “Tahun berikutnya akan lebih besar lagi, targetnya mencapai 148 ribu hektare lahan yang akan kita optimalisasi,” ungkap Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerja siang tadi Kamis (09/07/2020) di Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah.
Sebagai penunjang program NFE ini, pemerintah pusat juga membangun industri hilir untuk mengakomodir hasil pertanian masyarakat untuk kemudian diolah dan dipasarkan ke luar daerah.
Presiden mengemukakan bahwa untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian khususnya padi, harus diimbangi dengan perbaikan-perbaikan jaringan maupun peningkatan mutu pertaniannya itu sendiri, dengan pemenuhan sarana produksi padi misalnya.
Lahan yang sesuai untuk pengembangan pertanian yang menjadi Area of Interest (AOI) NFE lahan Rawa seluas 770.600 ha. Lahan tersebut terdiri dari lahan sawah eksisting seluas 44.656 ha, dan sisanya 725.944 ha adalah lahan sesuai untuk perluasan ekstensifikasi sawah baru (418.696 ha), tanaman pangan/horti (178.191 ha), dan tanaman tahunan (128.400 ha).
Sebaran calon lokasi NFE ini seluas 28.320 ha yang terdiri dari sawah beririgasi baik seluas 19.103 ha (berada di Kabupaten Pulang Pisau seluas 4.330 ha dan 14.773 ha di Kabupaten Kapuas). Jika dirinci berdasarkan Eks PLG dan Non PLG, maka lahan sawah beririgasi baik seluas 8.747 ha di Eks PLG, sisanya 10.356 ha di Non PLG. Untuk melengkapi lahan sawah menjadi 28.320 ha, terdapat alternatif pilihan lahan sawah yang kurang baik dan perlu segera direhabilitasi seluas 9.218 ha, yang berada di Desa Dadahup, Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas.
Desa Belanti Siam ini rencananya akan menjadi Center of Excellence (COE) atau pusat unggulan pengelolaan lahan rawa seluas 1.000 ha. Selain itu masih ada 3 desa lainnya yaitu Desa Warna Sari; Sidomulyo; dan Sidorejo, Kecamatan Tamban Catur, Kabupaten Kapuas yang akan dikembangkan juga. Jadi total luasannya ada 2.000 ha lahan rawa yang siap-siap dikelola.
Pemerintah sangat mendukung Desa Belanti Siam ini sebagai kawasan khusus lumbung padi nasional seperti yang diungkapkan Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Republik Indonesia Airlangga saat meninjau Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, Sabtu (27/06/2020). Desa tersebut yang dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo sebagai lumbung padi, dan nantinya akan menjadi salah satu pusat ekonomi dalam bidang pangan di Kalimantan Tengah.
Belanti siam juga menjadi desa percontohan dengan julukan desa pantang mundur dalam memerangi covid-19 baik dari segi menjaga protokol kesehatan selama pandemik, maupun dari segi ketahanan pangan dan perekonomian.
Sedangkan untuk Desa Warna Sari; Sidomulyo; dan juga Sidorejo, Kecamatan Tamban Catur, Kabupaten Kapuas merupakan desa yang sudah banyak menerapkan teknologi Balitbangtan baik dari pengelolaan air, maupun penggunaan varietas unggul, serta tanam 2 kali setahun, sehingga ketiga desa ini layak dikembangkan untuk menjadi pusat unggulan pengelolaan lahan rawa.
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) telah beberapa tahun melaksanakan penelitian dan introduksi teknologi di Desa Sidomulyo dan Sidorejo. Teknologi longstorage dikombinasikan dengan pintu klep dan tabat konservasi, terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi tersebut menghasilkan peningkatan Indeks Pertanaman dari IP 100 menjadi IP 200 serta hasil gabah pada mencapai 108,18% dengan nilai MBCR sebesar 4.8 di tahun 2018.
Kondisi di Desa Sidorejo, sebelumnya petani di kawasan tersebut masih menerapkan budidaya padi 1 kali setahun (IP 100), sedangkan pada lahan bukaan baru, gagal panen selalu melanda akibat keracunan Fe dan pertumbuhan tanaman padi yang tidak sempurna. Dengan sentuhan teknologi panca kelola lahan rawa, bisa diatasi permasalahan sedikit demi sedikit, itupun tak lepas dari antusias petani setempat yang mau maju dan lebih sejahtera.
Rawa memang tumpuan hidup Indonesia dikala musim kemarau, menjadi lumbung pangan saat daerah lain kekeringan. Mari kita jaga dan dukung terus ketahanan pangan Indonesia (Vika M).
#RawaBisa, #CenterOfExcellence, #LumbungPanganNasional, #RawaUntukIndonesia